“Ini dia festival yang unik, dan bisa jadi satu-satunya terbesar di dunia. Yakni Festival Gravitasi Bumi (FGB) Selo Ondo. Apa itu? Sebuah festival menumpuk batu kali hingga menjulang tinggi atau loving gravitation. Siapa yang paling tinggi menumpuknya, itulah juaranya.” Dikutip dari JawaPos.com.
Kegiatan Festival Gravitasi Bumi kali ke-2 yang telah digelar di Selo Ondo, Ngrayudan, Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bulan kemarin pada 27 Agustus 2017. Bukan hanya mampu mempromosikan potensi alam di daerah itu dan sekitarnya, melainkan juga bukan suatu festival latah berupa sebuah event yang bakal meninggalkan banyak sampah.
Justru merupakan sebuah karya apik dari ide dan pesan tentang “seni kejadian berdampak” yang mengakar kepada seni tradisi “upacara” untuk tujuan menguatkan nilai-nilai bersama.
Sejak dua tahun lalu, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Ngrayudan bersama-sama dengan komunitas Kraton Ngiyom telah bekerja dari hari ke hari memperbaiki keadaan di Ngrayudan, tutur ketua pengurus Bramantyo Prijosusilo.
Persiapan ini terus dimatangkan pada langkah strategi secara inten oleh Komunitas Kraton Ngiyom bekerjasama dengan Kelompok Sadar Wisata Ngrayudan sebagai pendampingnya. Mengupayakan terjadinya Upacara Gravitasi Bumi dengan tidak ada sampah.
Mungkinkah kita miliki tempat wisata lokal yang indah permai tanpa sampah, yang menyejahterakan lahir batin, pengunjung maupun penduduknya? ungkap Bramantyo kepada kami. Saat awal bulan Mei kami silaturahmi dan dikenalkan pertama dirumahnya, tepatnya di Desa Sekaralas Kecamatan Widodaren Ngawi.
“Benarkah wisata mesti berarti eksploitasi setandas-tandasnya semua potensi yang ada?. Investasi untuk menerapkan ilmu bangunan dengan semen dan pasir batu dan besi?. Apakah suatu kejadian yang dikerjakan dengan keikhlasan akan berbuah positif?.
Pengunjung, penduduk, warung-warung, semua menyampah dengan ikhlas. Sampah menggunung di lereng longsor masuk ke sungai yang bening, kita semua ikhlas. Mengupayakan kebersihannya, dikelolanya sampah ini dengan cerdas. Apakah kita semua bisa sama ikhlasnya?”.
lontaran kata yang sarat makna inilah yang menjadi kesan mendalam ketika kami sharing bersama dan diceritakannya. Tentang bagaimana menganalisa sebuah tantangan dan masalah dalam strategi mengelola sumberdaya alam desa kaitannya pada sebuah kegiatan festival yang telah di dampingi oleh komunitas Kraton Ngiyom.
Satu kata KEREN! di benak kami, inilah jawaban yang telah lama kami cari-cari setelah banyak cerita perjalanan kami lalui. Mulai dari ujung barat pada masyarakat adat Suku Baduy dan Kasepuhan Lembaga Adat di Desa Warung Banten dengan keramahtamahannya, sampai ke daerah bagian timur yakni Desa Adat Kuta dengan potensi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang terbaik saat ini.
Godeliva D. Sari, yang juga pengurus dari komunitas Kraton Ngiyom juga memberi dukungan semangat kepada kami dengan memberikan contoh-contoh karya dari komunitas ini. Yakni terus digali apa yang menjadi kekuatan dan tujuan keinginan pada masyarakat Desa Wlahar Wetan nantinya. “Tidak lepas juga bisa di dukung oleh kerjasama multi pihak dalam perencanaan, publikasi dan konten, evaluasi pada tahapan-tahapan kegiatan, terencana, fokus, multi efek.
Fungsi pemberdayaan, kajian ekonomi, makna dan filosofi seni budaya, kebersamaan dan solidaritas tim dan belajar serta pengamatan adalah bagian-bagian yang diharapkan tercapai.” tutur Sari kepada kami saat kami berkunjung kali ke-2, di acara Wiwitan Kebo Keton, 24 Mei 2017 lalu.
Kegiatan Festival Gravitasi Bumi ke-2 yang telah terselenggara di Selo Ondo, Ngrayudan, Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, bulan kemarin pada 27 Agustus 2017, syarat ilmu untuk oleh-oleh bagi kami.
Dari kerja kerasnya Pokdarwis Desa Ngrayudan yang sangat profesional dan semua tertata dengan baik tiap sesinya. Baik penginapan, tempat parkir, angkutan menuju desa dan tempat acara berlangsung juga saling berbagi peran disana.
Harga-harga di warung-warung juga terkendali dengan baik atas komitmen para masyarakat yang berdagang. Sampah terkelola dengan baik dengan edukasi “Pasukan Semut” nya, juga kesadaran masyarakat juga sangat tinggi dalam mengatasi sampah tersebut.
Atas nama pribadi dan Pemdes kami ucapkan semakin sukses untuk kegiatan Festival desa wisatanya terutama Pemdes dan Masyarakat Desa Ngrayudan. Kami akan selalu merindukan keramahtamahan Ngawi, Terima kasih om bram dan bu sari mau menerima kami dan berbagi pengalamannya di keluarga Kraton Ngiyom, kami sangat benar-benar mendapat ilmunya, semoga dengan persekutuan kita menjadikan hal-hal yang dapat berdampak. Maturnembahnuwun…… 🙂
berkah semesta selalu ?❤️ ? Salut dan keren dari persembahan kolaboratif yang sangat all out dari Lagu Bromo menjadi pilihan Bonita and the hus Band (BNTHB) sebagai lagu andalan untuk album baru mereka yang baru saja dirilis, berjudul Rumah di Festival ini.
Semakin kreatif, produktif dan inovatif